#CERNAK #NIKMATI HARIMU
Nikmati Harimu
“ Uuuh..... hujan
lagi...hujan lagi”, gerutu Eno pagi itu saat dia mau berangkat sekolah dan
hujan turun cukup deras.
Ibu yang mendengar
Eno bicara seperti itu hanya tersenyum
“ Jangan begitu
sayang, kita harus bersyukur dengan hujan ini. Karena ada keberkahan
didalamnya. Dinikmati saja....”, kata ibu lembut.
“ Aah....aku tidak
suka hujan ibu....”, jawab Eno pendek.
Pagi itu Kota Tulungagung
diguyur hujan cukup deras dan Eno berangkat sekolah dengan diantar ayah naik
mobil menuju sekolah. Dilihatnya disepanjang jalan orang-orang yang menngunakan
sepeda dan motor memakai mantel supaya tidak kehujanan.
“ Lihat
sayang...kita harus bersyukur kepada Alloh, kita punya mobil sehingga tidak
kehujanan. Lihat orang-orang yang memakai sepeda dan motor itu”, kata ayah
sambil menunjuk kepada pengendara motor dan sepeda.
Eno diam saja
tidak menjawab, hatinya masih kesal karena dia membayangkan air hujan itu akan
membasahi mainan di sekolahnya dan dia tidak akan bisa menggunakannya untuk
bermain. Tiba-tiba.....” Braakkk...”. ada suara benturan di sampingnya,
ternyata ada motor yang menabrak motor lain karena tergesa-gesa dan jalanan
licin.
“ nha....itu kan
ayah, hujan itu membuat orang celaka”, kata Eno setelah melihat kejadian itu.
“ Bukan hujannya
yang membuat celaka, tapi orangnya kurang berhati-hati”, jawab ayah
mengingatkan Eno.
Sesampai di
sekolah Eno melihat mainannya basah semua dan ibu guru yang berjalan kian
kemari menyambut anak-anak dipintu gerbang. Wajah Eno semakin cemberut dan hati
Eno semakin tidak suka dengan hujan itu.
Dua hari telah berlalu, tibalah hari
Minggu yang ditunggu Eno. Hari ini dia diajak oleh ayah ibunya untuk rekreasi
di gunung. Sejak pagi dia bersiap-siap membawa perlengkapan yang dibutuhkan.
Payung, kacamata, kamera dan tempat minum. Tidak lupa ibu membawa banyak
makanan untuk dimakan disana nanti. Sepanjang perjalanan dilihatnya pemandangan
indah, ada sungai dengan airnya yang jernih, pohon di sepanjang jalan dan sawah membentang hijau.
“ Bersyukurlah
nak...kita hidup di Indonesia, begitu banyak nikmat Alloh yang diberikan kepada
kita. Lihatlah itu sungai begitu jernih airnya, sawah menghijau dan pohon-pohon
subur lengkap dengan buahnya”, kata ibu
dengan suara lembut.
“ Iya... benar
ibu. Alloh itu baik ya bu?”, jawab Eno.
“ Alloh itu maha
baik, Maha Besar dan Maha Bijaksana. Tidak ada satupun ciptaanNya yang
sia-sia”, kata Ibu sambil memandang wajah mungil putri kecilnya.
Eno sangat
menikmati perjalanan ini, dia merasa ayah sudah terlalu jauh meninggalkan
rumah, tapi tetap terus tidak berhenti. Tapi Eno diam saja karena dia sangat
m,enyukai perjalanan ini. Tidak seperti biasanya dia selalu rewel bila dalam perjalanan.
Tiba-tiba pemandangan indah menghijau terbentang berganti dengan pemandangan
lainnya yaitu sungai mengering airnya, pohon- pohon layu dan berguguran daunnya
serta sawah kering dan terlihat tanah retak dimana-mana.
“ Ibu... ini
dimana, kenapa tanahnya bisa kering seperti itu”, tanya Eno penasaran.
Ayah segera
menghentikan laju kendaraannya dan berhenti dipinggir sawah yang tidak ditanami
karena tanahnya mengering dan irigasi disekitarnya tidak lagi ada airnya. Ayah
dan ibu m,engajak Eno turun dari mobil.
“ Sayang kita
sampai di Desa Pucanglaban. Ini salah satu dataran tinggi di Kota Tulungagung.
Yang kamu lihat itu akibat hujan sudah lama tidak turun disini. Lihatlah sungai
mengering, pohon-pohon hampir mati dan sawah tidak bisa ditanami karena tidak
adanya air”, Ayah menjelaskan hal tersebut untuk membuat Eno mengerti.
“ Bahkan teman ibu
yang rumahnya di sekitar sini pernah bercerita, kalau pas musim kemarau seperti
ini dan air dari pegunungan mengering,
kadang dia tidak bisa mandi”, timpal ibu.
“ Lalu... apakah
engkau masih ingin mengeluh kalau hujan turun?”, tanya ayah kemudian.
“ Bukankah Alloh
Maha Adil sayangku dengan adanya hujan itu?’, tanya Ibu kemudian.
Eno diam saja tak
mampu menjawab, dia teringat betapa selama ini dia seringkali marah dan
mengeluh saat turun hujan, padahal disini banyak sekali orang yang mengharapkan
hujan itu datang.
Sejak saat itu Eno
begitu bersyukur dan gembira dengan datangnya hujan, apalagi saat ibu
mengijinkannya main hujan-hujanan. Betapa nikmatnya air hujan itu
terasa..............................
Komentar
Posting Komentar