REFLEKSI TERBIMBING MODUL 3.1 - DHIANA KURNIASARI CHOIRUL
REFLEKSI TERBIMBING MODUL 3.1
OLEH : DHIANA KURNIASARI CHOIRUL
CGP ANGKATAN 4 KABUPATEN TULUNGAGUNG
1.
Dilema etika adalah situasi yang terjadi ketika seseorang
harus memilih antara dua pilihan di mana kedua pilihan secara moral benar
tetapi bertentangan, sedangkan bujukan moral merupakan
situasi yang terjadi ketika seseorang harus membuat keputusan antara benar atau
salah.
Secara
umum ada pola, model, atau paradigma yang terjadi pada situasi dilema etika
yang bisa dikategorikan seperti di bawah ini:
a.
Individu lawan masyarakat (individual vs community)
adanya
pertentangan antara individu yang berdiri sendiri melawan sebuah kelompok yang
lebih besar di mana individu ini juga menjadi bagiannya. Bisa juga konflik antara
kepentingan pribadi melawan kepentingan orang lain, atau kelompok kecil melawan
kelompok besar.
b.
Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)
Adanya
pilihan antara mengikuti aturan tertulis atau tidak mengikuti aturan
sepenuhnya. Pilihan yang ada adalah memilih antara keadilan dan perlakuan yang
sama bagi semua orang di satu sisi, dan membuat pengecualian karena kemurahan
hati dan kasih sayang, di sisi lain.
c.
Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)
Kejujuran
dan kesetiaan seringkali menjadi nilai-nilai yang bertentangan dalam situasi
dilema etika. Kadang kita perlu untuk membuat pilihan antara berlaku jujur dan
berlaku setia (atau bertanggung jawab) kepada orang lain. Apakah kita akan
jujur menyampaikan informasi berdasarkan fakta atau kita menjunjung nilai
kesetiaan pada profesi, kelompok tertentu, atau komitmen yang telah dibuat sebelumnya.
d.
Jangka pendek lawan jangka
panjang (short term vs long term )
pilihan
antara yang kelihatannya terbaik untuk saat ini dan yang terbaik untuk masa
yang akan datang.
Ada 3 Prinsip dalam
Pengambilan Keputusan yang Memuat Unsur Dilema Etika
Tiga prinsip ini yang seringkali
membantu dalam menghadapi pilihan-pilihan yang penuh tantangan, yang
harus dihadapi pada dunia saat ini. (Kidder, 2009, hal 144). Ketiga prinsip
tersebut adalah:
a. Berpikir Berbasis
Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)
Saya lakukan karena itu yang terbaik untuk kebanyakan
orang
b. Berpikir Berbasis
Peraturan (Rule-Based
Thinking)
Ikuti prinsip atau aturan –
aturan yang telah ditetapkan. Berpijak dari filsafat, yaitu deontologis,
dari bahasa yunani “deon” yang berarti tugas atau kewajiban.
C. Berpikir Berbasis Rasa
Peduli (Care-Based
Thinking)
Memutuskan sesuatu dengan
pemikiran, apa yang anda harapkan orang lain lakukan terhadap anda.
Dan dalam pengambilan dan pengujian keputusan, ada 9 konsep untuk melaksanakannya antara lain :
a. Mengenali nilai-nilai yang saling
bertentangan
b. Menentukan siapa yang terlibat dalam
situasi ini.
c. Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan
situasi ini.
d. Pengujian benar atau salah : Uji legal, Uji
Regulasi/Standar Profesional, Uji Intuisi, uji publikasi, Uji panutan/idola.
e. Pengujian Paradigma Benar lawan Benar.
f. Melakukan Prinsip Resolusi
g. Investigasi Opsi Trilema
h. Buat Keputusan
i. Lihat lagi Keputusan dan Refleksikan
Ada beberapa hal yang menurut
saya diluar dugaan :
a. Dulu saya berfikir dalam mengambil keputusan hanya ada kata benar
VS salah. Jadi setiap mengambil keputusan yang tidak sejalan dengan peraturan,
seringkali saya dihinggapi rasa bersalah. Walaupun keputusan itu ada dengan
pertimbangan rasa kasihan, kasih sayang dan lain-lain yang bersifat positif.
Setelah menerima materi dilema etika ini saya menjadi yakin bahwa tidak semua
keputusan yang tak sejalan dengan peraturan itu salah. Jadi sebagai pemimpin
pembelajaran harus benar-benar harus berfikir mendalam, mempertimbangkan dengan
sebaik-baiknya akan keputusan yang akan diambil, jangan sampai merugikan dan
menyakiti warga sekolah lain.
b. Dalam konsep pengujian keputusan ada investigasi uji trilema
yang memberikan opsi lain dari hasil keputusan yang diambil. Jadi sebagai
pemimpin pembelajaran, dalam mengambil keputusan harus berfikir kreatif tentang
keputusan yang diambil dengan menyediakan opsi-opsi lainnya,
2.
Sebelum mempelajari modul ini, saya menerapkan pengambilan
keputusan sebagai pemimpin pembelajaran dalam situasi moral dilema. Contohnya pada saat saya memberi dispensasi satu murid untuk datang
terlambat/ tidak tepat waktu karena dia harus menunggu ibunya pulang dari pasar
pagi (berjualan sayur) untuk
mengantarnya berangkat sekolah. Saya sudah mengundang wali murid itu ke sekolah
untuk membicarakan masalah ini, ibunya bercerita kalau anak itu hanya tinggal
bersama ibunya dan tidak ada saudara lain, harus berjualan sayur dari subuh sampai
jam 8 pagi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Mendengar itu saya memutuskan
untuk memberinya dispensasi, dengan catatan bila bisa ibunya harus mengupayakan
mengantar anaknya ke sekolah tepat waktu.
Dalam memutuskan itu timbul keraguan dalam hari, apa yang saya lakukan benar? Saya merasa bersalah juga dengan murid lain. Sangat merasa tidak nyaman dan takut salah akan keputusan yang saya ambil. Namun setelah menerima materi ini saya merasa lega dan tidak merasa bersalah lagi. Ternyata dalam mengambil keputusan ada prinsip berfikir rasa peduli dan itu dibolehkan dalam pengambilan keputusan.
3. Dampak mempelajari materi ini sangat besar dalam merubah mindset saya dalam mengambil keputusan. Bahwa dalam proses pengambilan keputusan kita diperbolehkan memilih dengan pertimbangan tetap harus selaras dengan nilai-nilai kebaikan universal. Selain itu dalam mengambil keputusan harus melalui banyak pertimbangan, step by step pengujian dalam mengambil keputusan harus dijalankan, benar-benar harus dengan pemikiran mendalam supaya tidak salah dalam menentukan keputusan yang diambil.
4. Bagi saya pribadi memepelajari modul ini sangatlah penting. Disini
sebagai seorang ibu dan guru serta anggota masyarakat, saya tentunya akan
mengalami banyak masalah dalam hidup. Terutama masalah yang ada unsur dilemma etika.
Dengan mempelajari modul ini saya tercerahkan dan termotivasi untuk lebih
bijaksana dalam mengambil keputusan, mempertimbangkan banyak hal, tidak
tergesa-gesa dan mengutamakan maslahat bersama daripada ego pribadi saya.
Sebuah penyadaran saya dapatkan dan penyadaran ini saya harapkan terus melekat,
sehingga saya mampu menjadi manusia dan menjadi guru sebagai pemimpin pembelajaran
yang mampu membuat keputusan secara bijaksana.
SALAM GURU PENGGERAK
BERGERAK ... TERGERAK ... MENGGERAKKAN
Komentar
Posting Komentar