KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 2.3
KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 2.3
OLEH : DHIANA KURNIASARI CHOIRUL_ CGP ANGKATAN IV KABUPATEN
TULUNGAGUNG
A.
Sintesis berbagai materi
Coaching adalah
salah satu proses yang digunakan untuk membantu seseorang mengembangkan dirinya
serta percaya diri untuk mengatasi tantangan dan masalah yang dihadapinya. Coaching
berbeda dengan konseling dan mentoring. Yang membedakan adalah proses dan
kemitraannya. Dimana dalam coaching, seorang coachee coachee dituntun untuk
menemukan ide baru atau cara untuk mengatasi tantangan yang dihadapi atau
mencapai tujuan yang dikehendaki. Selain itu dalam coaching, seorang Coach
hanya mengarahkan saja, coachee lah yang membuat keputusan sendiri. Disini
dapat dikatakan hubungan kemitraan antara coach dan coachee adalah sejajar/
setara. Tentu itu sangat berbeda saat proses konseling dan mentoring, karena
dalam kedua proses tersebut konselor dan mentor memiliki peran penting untuk
menunjukkan dan memberi solusi kepada orang yang berkonsultasi mengenai
tantangan/ masalahnya. Untuk itulah ketrampilan melakukan coaching perlu
dimiliki oleh seorang guru, karena dalam kesehariannya seorang guru akan banyak
berhadapan dan menjadi tempat konsultasi murid, wali murid bahkan teman
sejawatnya. Dalam proses coaching, seorang coachee (murid, wali murid dan teman
sejawat) akan termotivasi untuk menjadi lebih baik karena dalam proses coaching
otak mereka aktif untuk berfikir kritis dan kreatif, potensi mereka tergali dan
berkembang.
Dalam modul 2.3
guru penggerak, kita mengenal coaching dengan metode TIRTA yang didalam proses
pelaksanaan coaching harus memuat 4 unsur kegiatan, antara lain :
1.
Menentukan Tujuan
2.
Membuat Identifikasi masalah
3.
Menentukan Rencana Aksi
4.
Menguatkan Tanggungjawab/
komitmen.
Menilik kembali filosofi Ki Hajar
Dewantara tentang peran utama guru (Pamong/Pedagog), maka memahami pendekatan
Coaching menjadi selaras dengan Sistem Among sebagai salah satu pendekatan yang
memiliki kekuatan untuk menuntun kekuatan kodrat anak (murid). Pendampingan
yang dihayati dan dimaknai secara utuh oleh seorang guru, sejatinya menciptakan
ARTI (Apresiasi-Rencana-Tulus-Inkuiri) dalam proses menuntun kekuatan kodrat
anak (murid sebagai coachee). Sebagai seorang among (coach), guru dapat
memberikan ‘tuntunan’ melalui pertanyaan-pertanyaan reflektif dan efektif agar
kekuatan kodrat anak terpancar dari dirinya. Inilah kunci penting melakukan
proses coaching. Guru sebagai coach merefleksikan kebebasan murid untuk
menemukan berbagai kekuataan yang dimiliki mereka dengan penuh kasih sayang dan
persaudaraan. Guru sebagai coach menghindari keinginan untuk memaksakan
kehendak dan mengharapkan pamrih, mensucikan diri tanpa ikatan menjadikan murid
insan paripurna. Guru sebagai coach menciptakan suasana nyaman dan rasa percaya
untuk memberikan kebebasan dan kemerdekaan dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan reflektif untuk menjadi murid kuat secara kodrati.
Proses coaching bisa dilakukan
dimanapun dan kapanpun, tantangan/ masalah yang dimiliki seorang murid juga
berbagai macam. Bisa masalah itu muncul saat proses pembelajaran maupun saat mereka
berinteraksi dengan guru, orang tua maupun teman sejawatnya. Begitu juga saat
kita akan menerapkan pembelajaran berdiferensiasi, dimana hal penting adalah
kita perlu melakukan pemetaan
kebutuhan belajar yang merupakan kunci pokok kita untuk dapat menentukan
langkah selanjutnya. Dalam proses assessment dan pemetaan
diperlukan proses berkomunikasi yang memberdayakan sehingga guru tepat untuk
menentukan langkah selanjutnya. Dalam pembelajaran sosial dan emosional praktek coaching juga sangat diperlukan,
Melalui pertanyaan-pertanyaan reflektif yang diberikan guru, peserta didik akan
menemukan kedewasaan dalam proses berfikir melalui kesadaran dan pengelolaan
diri, sadar akan kekuatan dan kelemahan yang dimilkinya, mengambil prespektif
dari berbagai sudut pandang sehingga sesuatu yang menjadi keputusannya telah
didasarkan pada pertimbangan etika, norma sosial dan keselamatan. Jadi
ketiga proses yaitu coaching, pembelajaran berdiferensiasi dan juga
pembelajaran emosional hal yang sama-sama penting adalah proses komunikasi. Dan
komunikasi seperti apa yang terbaik untuk ketiga proses tersebut? Komunikasi
terbaik adalah Komunikasi Asertif, dimana dalam proses berkomunikasi tersebut
guru sebagai among harus mampu memahami gaya komunikasi manusia, mampu berkomunikasi
untuk membangun relasi (memunculkan rasa nyaman dan percaya) dan menyamakan
posisi diri dengan lawan bicara untuk membangun ‘respect’.
B.
Refleksi terhadap proses coaching di sekolah
Coaching merupakan proses coaching yang dilakukan guru untuk
menuntun segala potensi, keunikkan dan kekuatan murid untuk hidup sesuai
kodratnya dan memperbaiki lakunya. Dalam proses coaching, seorang coach
melakukan proses komunikasi yang memberdayakan agar murid/ coachee mampu mengenali, menggali dan memaksimalkan
segala potensi yang dimilikinya untuk menyelesaikan segala masalahnya sendiri.
Proses coaching juga menuntun murid untuk berkesadaran penuh mencapai
kemerdekaan belajar.Untuk itulah ketrampilan melakukan dan menerapkan coaching
sangat perlu dimiliki dan dilakukan oleh seorang guru dalam mewujudkan merdeka
belajar yang sejalan dengan filosofi Ki Hajar Dewantara.
”Pendidikan itu adalah proses menuntun yang dilakukan guru
untuk mengubah perilaku murid, sehingga dapat hidup sesuai kodratnya, baik
sebagai individu maupun bagian dari masyarakat”
( Ki
Hajar Dewantara)
Salam Guru Penggerak
Tergerak ... Bergerak ... Menggerakkan
Komentar
Posting Komentar