2.1.a.9. Koneksi Antar Materi - Modul 2.1 - DHIANA KURNIASARI CHOIRUL


2.1.a.9. Koneksi Antar Materi - Modul 2.1

Oleh : Dhiana Kurniasari Choirul

CGP Angkatan 4 Kabupaten Tulungagung

Pembelajaran Berdiferensiasi

Di modul 2.1 saya telah mempelajari bagaimana memenuhi kebutuhan belajar peserta didik melalui pembelajaran berdiferensiasi. Pembelajaran berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan masuk akal yang dibuat guru yang berorientasi pada kebutuhan murid (kebutuhan belajar individu setiap murid). Dalam pembelajaran di TK pada dasarnya saya sudah melaksanakan kegiatan pembelajaran diferensiasi secara tidak langsung, walalupun belum bisa dikatakan telah melaksanakan dengan lengkap, penuh dan sempurna. Namun itu menjadi kebahagiaan dan keyakinan tersendiri, bahwa kedepan saya akan mampu melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi secara lebih sempurna sesuai amanat dari peran saya sebagai guru penggerak setelah mempelajari modul 2.1 tentang pembelajaran berdiferensiasi dengan menerapkannya dalam praktik baik dan berbagi dengan teman sejawat serta teman di komunitas yang kuikuti. Bila boleh saya katakan bahwa mempelajari modul demi modul di LMS ini, laksana menemukan kubangan emas yang sangat berharga. Modul ini banyak merubah pemikiran saya dalam proses pembelajaran. Bagaimana mengajarkan konsep cara mengajar yang baik, dapat mengakomodir perbedaan peserta didik, memberikan hak-hak yang sama sesuai dengan kodrat yang dimilikinya tanpa ada unsur pemaksaan. Serta bagaimana saya harus benar-benar mengenal karakteristik semua anak, menghargainya sebagai sebuah keunikan dan menyediakan desain pembelajaran yang benar-benar sesuai dengan kesiapan belajar, minat murid dan gaya belajarnya. Filosofi pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang konsep menghamba dan menuntun serta mengarahkan peserta didik menuju kebahagian dan kemerdekaan dalam belajar diperkuat dengan  bagaimana menerapkannya dengan mempelajari modul 2.1 ini. Benar-benar merubah mindset berfikir tentang pentingnya melihat anak dalam semua sudut pandang, tidak hanya berpusat pada kemampuan akademiknya, namun menghargai dan melihat dengan utuh murid dengan beraneka ragam kecerdasannya. Jadi pembelajaran tidak lagi dikatakan berhasil hanya ditinjau dari suksesnya akademik / penguasaan terhadap materi. Namun ada banyak hal yang harus dipertimbangkan dalam membuat penilaian dan standar ketuntasan belajar.

Pembelajaran yang diharapkan hadir setelah mempelajari LMS sampai di modul 2.1 ini adalah pembelajaran yang didasarkan pada asesmen dan kebutuhan belajar bukan penilaian intelektual semata akan tetapi lebih mengakui adanya kecerdasan majemuk. Pembelajaran yang didasarkan pada asesmen dan kebutuhan belajar dan bagaimana guru melibatkan murid dalam merencanakan desain sebuah pembelajaran demi tercapainya tujuan dan juga melibatkan murid dalam kesepakatan kelas untuk menerapkan budaya positif, agar terbangun motivasi intern murid untuk melakukan kesepakatan yang telah dibuat. Dengan melibatkan murid dalam perencanaan, pada dasarnya guru juga menghantarkan murid untuk menjadi pembelajar yang mandiri dan bertanggungjawab dan merasa terhargai.

Perubahan positif Pemikiran dan tindakan seorang guru tersebut mengarah terhadap proses pembelajaran yang selalu memperhatikan kekuatan dan murid. Pembelajaran yang berakar pada pemenuhan pada pemenuhan kebutuhan murid dan bagaimana guru merespon kebutuhan belajar tersebut, itulah yang dimaksud pembelajaran berdiferensiasi. Pembelajaran berdiferensiasi  mendorong guru untuk tidak melihat dari satu perspektif. Guru harus menyesuaikan dengan minat, kesiapan dan profil belajar supaya tercapainya keberhasilan pembelajaran.

Tomlinson (2001) dalam bukunya “How to Differentiate Instruction in Mixed Ability Classroom” membagi Kebutuhan belajar peserta didik menjadi tiga aspek yaitu :

1.     a.  Kesiapan belajar (readiness) murid

Kesiapan belajar (readiness) adalah kapasitas untuk mempelajari materi baru. Sebuah tugas yang mempertimbangkan tingkat kesiapan murid akan membawa murid keluar dari zona nyaman mereka, namun dengan lingkungan belajar yang tepat dan dukungan yang memadai, mereka tetap dapat menguasai materi baru tersebut.  

Ada banyak cara untuk membedakan kesiapan belajar. Tomlinson (2001: 46) mengatakan bahwa merancang pembelajaran berdiferensiasi mirip dengan menggunakan tombol equalizer pada stereo atau pemutar CD. Untuk mendapatkan kombinasi suara terbaik biasanya Anda akan menggeser-geser tombol equalizer tersebut terlebih dahulu. Saat Anda mengajar, menyesuaikan “tombol” dengan tepat untuk berbagai kebutuhan murid akan menyamakan peluang mereka untuk mendapatkan materi, jenis kegiatan dan menghasilkan produk belajar yang tepat di kelas Anda. Tombol-tombol dalam equalizer tersebut mewakili beberapa perspektif yang dapat kita gunakan untuk menentukan tingkat kesiapan murid. Dalam modul ini, kita hanya akan membahas 6 perspektif dari beberapa contoh perspektif  yang terdapat dalam Equalizer yang diperkenalkan oleh Tomlinson (2001: 47).

2.     b.  Minat murid

Minat merupakan suatu keadaan mental yang menghasilkan respons terarah kepada suatu situasi atau objek tertentu yang menyenangkan dan memberikan kepuasan diri. Tomlinson (2001: 53), mengatakan bahwa tujuan melakukan pembelajaran yang berbasis minat, diantaranya adalah sebagai berikut:        

-  membantu murid menyadari bahwa ada kecocokan antara sekolah dan kecintaan mereka sendiri untuk belajar

-  mendemonstrasikan keterhubungan antar semua pembelajaran

-  menggunakan keterampilan atau ide yang dikenal murid sebagai jembatan untuk mempelajari ide atau keterampilan yang kurang dikenal atau baru bagi mereka

-  meningkatkan motivasi murid untuk belajar.

    Karena minat adalah salah satu motivator penting bagi murid untuk dapat ‘terlibat aktif’ dalam proses pembelajaran, maka memahami kedua perspektif tentang minat di atas akan membantu guru untuk dapat mempertimbangkan bagaimana ia dapat mempertahankan atau menarik minat murid-muridnya dalam belajar. 

3.     c.  Profil belajar murid

        Profil Belajar mengacu pada cara-cara bagaimana kita sebagai individu paling baik belajar. Tujuan dari mengidentifikasi atau memetakan kebutuhan belajar murid berdasarkan profil belajar adalah untuk memberikan kesempatan kepada murid untuk belajar secara natural dan efisien. Memiliki kesadaran tentang ini sangat penting agar guru dapat memvariasikan metode dan pendekatan mengajar mereka. 

Profil belajar murid terkait dengan banyak faktor. Berikut ini adalah beberapa diantaranya:

-       Preferensi terhadap lingkungan belajar, misalnya terkait dengan suhu ruangan, tingkat kebisingan, jumlah cahaya, apakah lingkungan belajarnya terstruktur/tidak terstruktur,  dsb. 
Contohnya: mungkin ada anak yang tidak dapat belajar di ruangan yang terlalu dingin, terlalu bising, terlalu terang, dsb.  

-       Pengaruh Budaya: santai - terstruktur, pendiam - ekspresif, personal - impersonal.

-       Preferensi gaya belajar.
Gaya belajar adalah bagaimana murid memilih, memperoleh, memproses, dan mengingat informasi baru.  Secara umum gaya belajar ada tiga, yaitu:

·                    visual: belajar dengan melihat (misalnya melalui materi yang berupa gambar, menampilkan diagram, power point, catatan, peta, graphic organizer ); 

·                    auditori: belajar dengan mendengar (misalnya mendengarkan penjelasan guru, membaca dengan keras, mendengarkan pendapat  saat berdiskusi, mendengarkan musik); 

·                    kinestetik: belajar sambil melakukan (misalnya bergerak dan meregangkan tubuh, kegiatan hands on, dsb).
Mengingat bahwa murid-murid kita memiliki gaya belajar yang berbeda-beda, maka penting bagi guru untuk berusaha untuk menggunakan kombinasi gaya mengajar.

·  Preferensi berdasarkan kecerdasan  majemuk (multiple  intelligences): visual-spasial, musical, bodily-kinestetik, interpersonal, intrapersonal, verbal-linguistik, naturalis, logic-matematika. 

Kebutuhan-kebutuhan belajar tersebut harus mampu terakomodir dalam pembelajaran berdiferensiasi. Guru dapat menggunakan pendekatan sedikitnya pada tiga aspek berikut:

1. Konten

Konten bisa berupa masukan , Informasi apa yang akan disampaikan atau materi apa yang akan diajarkan kepada peserta didik dengan tetap memperhatikan kebutuhan peserta didik. Konten juga mencakup materi dan entri poin yang disesuaikan dengan tingkatannya. Konten yang bersifat tantangan diberikan kepada peserta didik yang telah memahami materi. Dalam diferensiasi konten guru dan sekolah harus bekerja sama menyediakan daya dukung kepada peserta didik untuk mengakses materi. Guru juga memodifikasi kurikulum dan materi pembelajaran berdasarkan gaya belajar, kesiapan dan minat peserta didik.

 

2. Proses

Dalam diferensiasi proses berhubungan dengan cara peserta didik berinteraksi dengan konten. Guru harus mampu mengoptimalkan pengalaman setiap peserta didik; memberikan arahan yang disesuaikan dengan keunikan masing-masing peserta didik, berusaha memvariasikan kemajuan belajar; menyajikan berbagai varian ekspresi; memberikan keleluasaan peserta didik untuk memilih caranya sendiri yang disesuaikan kebutuhan mereka untuk mencapai penguasaan materi dan keterampilan yang sama; guru berusaha untuk menciptakan aktivitas yang selaras dengan modalitas pembelajaran yang disukai peserta didik.

 

3. Produk

Dalam produk merupakan hasil kreasi peserta didik yang berwujud seperti rekaman, infografis, poster, video presentasi, diagram, karangan, atau tes tulis. Esensi produk yang selalu mempertimbangkan kebutuhan peserta didik setidaknya memuat stimulus untuk memikirkan kembali pengalaman belajar yang telah dilalui, mengembangkan dan memperluas pengetahuan, dan menunjukkan apa yang telah dipelajari peserta didik. Produk pembelajaran memungkinkan guru menilai materi yang telah dikuasai peserta didik dan memberikan materi berikutnya. Dengan mempertimbangkan kebutuhan peserta didik seperti gaya belajar juga menentukan hasil belajar seperti apa yang akan ditunjukkan pada guru. Guru berusaha untuk menyediakan berbagai pilihan produk yang merespons beragam profil, minat atau kesiapan belajar  peserta didik.

 

Kaitan Antara Materi Modul 1 dan Modul 2.1

Bila kita membaca uraian di atas tentang pembelajaran berdiferensiasi yang memiliki peranan sangat penting untuk menumbuhkembangkan murid secara holistic. Cita-cita Ki Hajar Dewantara untuk menciptakan manusia yang memiliki keluasan mental, spiritual, dan intelektual akan tercapai melalui pembelajaran berdiferensiasi. Selain itu, kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, dengan enam ciri utama: beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif akan sangat mudah diintegrasikan dalam proses pembelajaran yang memperhatikan kebutuhan belajar peserta didik.

Nilai-nilai positif yang harus dimiliki seorang guru penggerak seperti Mandiri, Reflektif, Kolaboratif, Inovatif, serta Berpihak pada Murid akan secara otomatis tumbuh dan terlestarikan dalam diri seorang Guru pada saat membuat perencanaan, pelaksaanan, assessment, dan rencana tindak lanjaut dalam pembelajaran berdiferensiasi. Dibutuhkan guru yang terampil dan berkompeten sehingga mampu berkontribusi secara aktif untuk mewujudkan pembelajaran yang berpihak pada murid atau pembelajaran yang selalu mempertimbangkan kebutuhan belajar peserta itu semua terjawab dengan pembelajaran berdifrensiasi. Selain itu juga dibutuhkan guru yang mau dan mampu terus bergerak dan menggerakkan seperti tertuang dalam peran guru penggerak, yaitu  mampu menjadi pemimpin pembelajaran, menggerakkan komunitas praktisi, mendorong kolaborasi antar guru, menjadi coach bagi guru lain, dan mewujudkan kepemimpinan murid. Guru penggerak berfokus pada peran kepemimpinan pembelajaran agar mampu mendorong tumbuh kembang peserta didik secara holistik; aktif dan proaktif dalam mengembangkan pendidik lainnya untuk mengimplementasikan pembelajaran yang berpusat kepada peserta didik; serta menjadi teladan dan agen transformasi ekosistem pendidikan untuk mewujudkan profil pelajar Pancasila.

Sebagai seorang guru, kita juga diharapkan untuk mampu mendorong kekuatan yang dimiliki peserta didik dalam mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi. Berbekal kekuatan yang dimiliki murid dan semua unsur yang ada di sekolah dan sekitarnya,  kita akan lebih mudah untuk melakukan perubahan untuk menciptakan ekosistem pendidikan yang selalu memperhatikan kebutuhan peserta didik. Secara sadar displin positif akan tumbuh dan terbiasa dilakukan peserta didik karena apa yang mereka lakukan dalam pembelajaran bediferensiasi sudah diselaraskan dengan kebutuhan mereka. Mereka merasa dihargai dan diakui eksistensinya maka mereka otomatis akan melakukan tindakan yang berbudaya positif sebagai bentuk timbal balik dari pembelajaran berdiferensiasi. Maka membuat kesepakatan kelas, melaksanakan segitiga restitusi dan mengetahui lima dasar kebutuhan anak dan memiliki teori control dalam melihat dan menjalankan perannya sebagai guru, harus dimiliki dan dijalankan agar bisa memberikan layanan pendidikan yang berkualitas, bermakna dan berpusat pada kebutuhan anak.

Kiranya semoga tulisan ini bermanfaat dan memberikan penyadaran, khususnya untuk diri saya sendiri.

SALAM GURU PENGGERAK

TERGERAK ... BERGERAK ... MENGGERAKKAN 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi buku Slilit Sang Kyai

WEBINAR LITERASI PGRI KABUPATEN TULUNGAGUNG

DONGENG : TIDAK BISA HIDUP SENDIRI