DONGENG KE-9 : MONYET DAN APELNYA

 


MONYET DAN APELNYA

     Disebuah hutan hiduplah seekor Monyet dan teman-temannya, ada Kelinci, Gajah, Tupai, Burung dan masih banyak lagi, si Monyet sangat rajin. Dia rajin membersihkan rumahnya dan merawat tanaman yang ada disekitar rumahnya, sehingga tidak heran bila tanaman disekitar rumahya tumbuh subur, bunga-bunga juga bermekaran sedap dipandang mata. Namun yang lebih menyenangkan saat melihat pohon apel disamping rumah Monyet yang selalu berbuah lebat seperti tidak ada habisnya, sehingga Monyet tidak pernah kekurangan makanan. Namun sayangnya, karena itu semua si Monyet jadi kikir, sombong, dan egois. Dia tidak pernah mau berbagi dengan apa yang dimilikinya dan dia tidak mau bergaul dengan siapapun, karena Dia takut temannya meminta buah apelnya.

     Suatu pagi yang cerah, si Kelinci keluar dari rumahnya untuk berjalan-jalan, lewatlah Dia di depan rumah si Monyet, melihat Monyet  didepan rumah, Dia menyapanya, 

     “Hai…..Monyet, Selamat pagi … Kamu beruntung sekali, lihatlah betapa lebat buah pohon apelmu, pasti kamu tidak akan kekurangan makanan… “, sapa kelinci denagn ramahnya.

     Huh !’,  jawab si Monyet sambil memalingkan muka

Dia langsung masuk ke rumahnya dan tak peduli dengan apa yang dikatakan Kelinci.

     “ Hm… tahu begitu aku tidak akan menyapa si Monyet, sombong sekali dia”, kata Kelinci dalam hati.

Ternyata tidak hanya si Kelinci yang diacuhkan si Monyet, penghuni hutan lainpun yang menyapanya tak satupun dipedulikannnya.

     Suatu hari si Gajah dan anaknya lewat di depan rumah si Monyet. Saat melihat pohon apel yang berbuah lebat, anak Gajah berteriak meminta apel tersebut.

     “ Ibu….. Ibu, saya ingin makan apel itu” teriak anak Gajah.

     “ Sebentar anakku, ibu minta dulu pada si Monyet, karena kita tidak boleh mengambil barang yang bukan milik kita”, jawab ibu Gajah lembut.

      “ Monyet….. Aku minta apelmu ya? Satu saja, lihatlah anakku ingin sekali makan apel”, kata ibu Gajah sedikit berteriak karena Monyet ada di dalam rumah.

Monyet yang berada di dalam rumah langsung keluar.

     ” Tidak…… tidak boleh tak satu buahpun akan Ku berikan padamu, minta saja pada yang lain”, jawab si Moyet dengan ketus.

      “ Tapi….. dimana-mana tidak ada pohon apel yang berbuah, satu saja Monyet” jawab ibu Gajah dengan penuh harap.

     “ Tidak…… tidak boleh…… silahkan pergi dari sini, awas….. kalau masih disitu akan ku lempar kau dan anakmu dengan batu”, Jawab si Monyet dengan berteriak.

 Akhirnya si Gajah dan anaknya pun pergi, si Gajah merasa sakit hati.

     Semakin lama pohon apel si Monyet berbuah semakin lebat. Melihat hal itu Monyet merasa sangat senang dan bangga

 “ Hmm…….. betapa lebat buah pohon apelku, akan kupanen nanti malam saat semua temanku sudah tidur, biar tidak ada yang tahu”, kata Monyet dalam hati.

Malam harinya setelah semua binatang tidur si monyet mulai keluar untuk memanen buah apelnya. Dia petik satu persatu dan dimasukkan ke dalam rumahnya, dia kerjakan sendiri tanpa mengenal lelah. Setelah buah apelnya habis dipetik dia segera menutup pintu dan jendela rumah pohonnya, dia tertidur pulas sekali dikelilingi buah-buah apelnya yang ranun.

            “Huah .... capek dan ngantuk sekali !”, dia tertidur sambil tersenyum puas.

Keesokan paginya semua binatang melihat apel si Monyet telah habis buahnya tapi mereka tidak berani bertanya, mereka hanya berani berbisik satu sama lain.

“Eh, tidak biasa-biasanya si Monyet bangun kesiangan, biasanya dia sangat rajin bangun pagi dan membersihkan rumahnya”, Kata si tupai dengan heran.

“Aaah, mungkin dia tertidur kecapaikan, karena kulihat tadi malam dia memanen apelnya sendirian”, jawab si Kelinci.

“Huh ... aku tak peduli apapun  yang terjadi dengan si Monyet !”,  kata Gajah dengan nada ketus.

Sementara didalam rumah, si Monyet merasa badannya sakit semua, dia merasa pusing sekali dan badannya deman.

            “Eh..eh..eh aduh apa yang terjadi dengan denganku, ... kepalaku seperti berputar-putar, badanku demam & lemas. Heh...heh.  coba aku makan apel saja, siapa tahu dengan makan aku bisa sembuh”. Si Monyet mencoba ambil satu apel dan memakannya.

“ Tapi .... Huek ... kenapa rasanya tidak enak sekali”,  si Monyet memuntahkan kembali apel yang dimakannya.

Semakin hari sakit si Monyet semakin parah tapi dia malu meminta bantuan tetangganya karena akan ingat akan apa yang telah dilakukannya dan tanpa disadari si Monyet, semakin hari banyak buah apel yang busuk dan menimbulkan bau yang tidak sedap sampai aromanya tercium pada teman-temannya. Monyet semakin pusing dengan bau itu, tapi dia tak berdaya, dia malu untuk minta tolong. Tapi pada saat itu dia sadar dan merasa menyesal dengan sikapnya selama ini.

“Oh ... apa yang telah kulakukan selama ini, ternyata aku tidak bisa hidup sendiri dan aku akan selalu membutuhkan orang lain”, kata Monyet sambil menangis.

Sementara diluar rumah, si Kelinci bertanya-tanya dalam hati, “Apa yang terjadi dengan si Monyet, sudah 3 hari ini si Monyet tidak keluar rumah.  Aah, aku harus menjenguknya”, si Kelinci mencoba memanggil-manggil Monyet.

“Mon... Monyet... kamu ada didalam, apa yang terjadi denganmu?”, panggil Kelinci sambil berteriak.

“Aku sakit ci ... tolong aku”, terdengar suara Monyet menjawab dengan suara lirih

Si Kelinci segera berlari berteriak memanggil semua teman-temannya. Setelah semua binatang berkumpul. Kelinci bercerita apa yang terjadi pada Monyet di dalam rumah dan mulai  membagi tugas pada teman-temannya untuk segera membantu Monyet.

“Hai, teman-teman si Monyet sakit didalam rumahnya, mari kita bantu ... kasihan dia. Bu Gajah tolong bantu buka pintu rumah si Monyet dan bawa si Monyet keluar dari rumahnya ya..”,kata Kelinci

Bu Gajah diam tidak menyahut  begitu juga dengan binatang yang lain, mereka teringat perlakuan buruh si Monyet pada mereka. Tapi kelinci melanjutkan berkata “kawan-kawan saya tahu perasaan kalian, tapi bagaimanapun si Monyet kan kawan dan saudara kita?. Ok ... setuju kawan-kawan, mari kita bantu kawan kita yang kesusahan. Ayo kawan-kawan!”, Ajak Kelinci pada semuanya.

Akhirnya mereka bersedia membantu. Si Gajah membuka pintu rumah dan mengeluarkan Monyet dengan belalainya, si Tupai membersihkan rumah Monyet yang penuh dengan apel. Sementara yang lain merawat si Monyet yang sakit dan membersihkan rumah Monyet. Mereka semua bekerja besama-sama sehingga pekerjaan cepat selesai.

Melihat semua itu si Monyet terharu sambil menangis, dia teringat perlakuan buruknya dan betapa pelitnya dia pada teman-temannya.

            “Maafkan sikapku selama ini kawan-kawan”, kata Monyet dengan suara penuh penyesalan.

 “Sudahlah Mon, kami sudah memaafkan kamu sejak dulu, tapi jangan diulangi lagi ya?”, Kata Kelinci sambil memeluk Monyet.

Akhirnya Monyet sadar bahwa sikapnya yang egois dan tidak mau berbagi sangat merugikan dirinya sendiri.

“Coba kalau kupanen dan ku makan bersama bersama teman-temanku, pasti aku tidak kecapekan, dan apelku tidak banyak yang busuk...”, kata Monyet dalam hati.

“Eh Monyet boleh aku minta apelmu yang tidak busuk?”, goda siGajah.

“Pasti boleh dong,  sekarang apelku boleh dinikmati siapa saja yang mau, kan aku sekarang sudah tidak pelit lagi, he...he...”, jawab Monyet riang.

“Alhamdulillah, si Monyet sudah sadar”, kata penghuni hutan serempak.

Nah, kawan-kawan... ternyata sikap sombong, kikir dan egois sangat merugikan kita ya?. Jangan sampai ikut-ikutan dengan sikap Monyet ya ... jadilah anak baik, ramah dan suka berbagi, supaya kalian disayang Allah dan semua orang.

 

 

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi buku Slilit Sang Kyai

WEBINAR LITERASI PGRI KABUPATEN TULUNGAGUNG

DONGENG : TIDAK BISA HIDUP SENDIRI