DONGENG KE-11 : BURUNG KECIL BERKELILING NEGERI

 

  BURUNG KECIL BERKELILING NEGERI


Di sebuah hutan dipinggir kota Tulungagung, sebutir telur burung menetas. Induk burung sangat senang. Dia bersihkan anaknya yang mungil dari cangkang dan darah yang menempel di tubuhnya, dia peluk anaknya dengan kedua paruhnya dengan penuh kasih sayang.

“Selamat datang di dunia, anakku sayang...,”kata induk burung.

“Terima kasih kau telah mengeramiku begitu lama ibu, sehingga cangkang ini terbuka dan aku bisa melihat dunia,” jawab anak burung.

Keesokan harinya induk burung mulai mengajari anaknya untuk terbang. Dia mengajarinya dengan penuh kesabaran. Hingga suatu hari si Burung sudah mulai mahir terbang kesana kemari. Anak burung itu bersahabat dengan benih dari pohon tempatnya bersarang. Mereka sering sekali bertukar cerita.

“Hai burung kecil, tahukah kamu bahwa kita ini hidup di negeri yang namanya Indonesia. Indonesia terdiri dari bermacam-macam pulau dan di sana sangat indah pemandangannya bila dilihat dari atas,” kata benih itu.

“Betulkah, bagaimana engkau tahu. Bukankah engkau tak pernah kemanapun seperti aku?” tanya Burung penasaran.

“Ibuku yang menceritakannya. Dulu ibuku berasal dari pohon yang hidup di Pulau Madura, lalu ketika benih ibu sudah masak angin telah membawanya ke Tulungagung ini,” jawab si benih.

Sejak saat itu si burung kecil sering berhayal untuk menjelajahi seluruh Indonesia. Dia membayangkan betapa luas dan indahnya Indonesia. Terhampar luas laut, danau, sungai dan pohon-pohon yang menghijau. Si Burung kecil semakin tidak sabar. Setelah merasa kuat dan mampu terbang, si burung minta ijin pada ibunya untuk terbang menjelajah negeri dan ibunyapun mengijinkan. Si Burung kecil ditemani benih yang sudah mulai masak. Saat angin bertiup benih itu terbang dan burung kecil terbang disampingnya.

“ Kamu siap sahabatku,” Kata si Burung kecil bersemangat

“ Sangat siap ..,” jawab si benih tidak kurang semangatnya.

 Mereka menyeberangi seluruh Pulau Jawa. Mereka singgah ke ibukota negara Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya dan lain sebagainya. Setelah itu mereka mengunjungi Pulau Bali,  Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Papua. Satu persatu tempat telah dikunjungi. Mereka terbang saat angin bertiup kencang, supaya si benih bisa terbang dan si Burung kecil juga terbantu oleh angin. Senang sekali mereka bisa bertemu dengan banyak orang-orang di kota yang mereka kunjungi, saat di pulau Sumatera mereka singgah di Aceh, Medan, Pekanbaru, Jambi, Palembang, Bengkulu dan Lampung. Saat di Kalimantan mereka singgah di Pontianak, Samarinda, Palangkaraya, Banjarmasin. Waah... mereka senang sekali saat di Sulawesi bisa singgah di Kota Manado, Palu, Kendari dan Ujung Pandang. Saat di Papua mereka bertemu dengan burung yang sangat cantik yaitu burung Cendrawasih di Kota Jayapura.Senang sekali bisa mengunjungi banyak kota di seluruh Indonesia, dengan berbagai tradisi dan budayanya yang beragam.

Akhirnya setelah sekian lama mereka berpetualang keliling negri, pada suatu pagi sampailah  mereka di atas pohon. Si benih merasa sangat lelah dan tidak lagi kuat lagi melanjutkan perjalanannya.

“Tinggalkan aku disini sahabatku, penuhilah keinginanmu untuk berkeliling negeri. Aku bukan burung sepertimu yang bisa terbang. Sudah saatnya benihku ini tumbuh menjadi pohon biar bisa bermanfaat untuk manusia,” kata benih.

Sebenarnya Burung tidak mau meninggalkan benih, tapi benih memaksa karena dia ingin sahabatnya mengetahui banyak tempat.

Waktu berlalu tidak terasa, burung kecil sudah menjadi burung yang cukup besar dan gagah. Dia terlihat kuat karena berlatih untuk terbang. Dia terbang mengikuti arah angin, tapi dia tetap ingat pada sahabatnya. Tiba-tiba angin berbelok arah dan burung mengikuti arahnya sampai dia kelelahan. Istirahatlah dia di atas pohon yang cukup rindang. Tiba-tiba terdengar suara yang sangat dirindukannya.

            “Hai burung kecil, kau masih ingat padaku?” tanya pohon itu

Burung itu terkejut, ia baru sadar kalau pohon yang dihinggapinya adalah sahabat lamanya yaitu si benih. Mereka saling bertukar cerita sampai tak terasa sore haripun tiba.

            “Apa kau akan melanjutkan perjalananmu?” tanya pohon itu.

            “Tidak, aku rasa sudah cukup petualanganku, aku sudah mengarungi dan mengunjungi seluruh kota di Indonesia. Bolehkah aku bersarang disini?” jawab Burung.

            “ Tentu saja dengan senang hati, silahkan,” jawab pohon dengan riang.

    Sejak saat itu si Burung mengakhiri petualangannya berkeliling negeri dan menetap bersama sahabatnya si pohon. Mereka hidup rukun dan damai. 

Komentar

  1. Jadi membayangkan indahnya dunia burung. Bebas terbang ke seluruh penjuru negeri. Asal tidak burung dalam sangkar

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bisa berkeliling negri....bebas.. lepas dan bahagia

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi buku Slilit Sang Kyai

WEBINAR LITERASI PGRI KABUPATEN TULUNGAGUNG

DONGENG : TIDAK BISA HIDUP SENDIRI