DONGENG : TIDAK BISA HIDUP SENDIRI

 

Tidak Bisa Hidup Sendiri


            Di sebuah peternakan yang luas milik pak Robi, hiduplah puluhan ayam yang selalu sehat dan bahagia karena pak Robi sangat perhatian pada ayam-ayamnya. Mereka diberi makan sehari tiga kali. Selain itu mereka dibiarkan bebas untuk bermain dan mencari makan di tanah peternakan yang luas dan ditumbuhi berbagai macam tanaman sayuran dan tanahnya yang gembur dan banyak terdapat cacing di dalamnya. Selain itu pak Robi juga sangat memperhatikan Kesehatan ayam-ayamnya, setiap bulan ayamnya diberi minuman yang di dalamnya diberi vitamin. Maka tidak heran kalau ayamnya semua sehat, bahagia dan selalu rajin bertelur.

            Sekumpulan ayam itu dipimpin oleh ayam jantan bernama Coki. Coki diangkat jadi pemimpin karena sangat baik hati, suka menolong dan bijaksana. Dia tidak akan membiarkan para ayam itu berebut makanan dengan mengatur kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari beberapa ayam untuk satu kotak makanan. Sehingga tidak ada satupun yang tidak kebagian makanan. Baik itu ayam yang besar, kuat maupun ayam kecil, mereka selalu tertib dan juga senang saling berbagi. Itu semua berkat Coki yang selalu mengatur dan mengingatkan mereka.

            “Beruntung sekali ya kita memiliki pemimpin seperti Coki, karena peraturannya kita jadi tertib dan rukun,” kata Cikcik Si Ayam betina.

            “Iya betul, dulu sebelum ada Coki kita selalu berebut makanan dan bertengkar, bahkan dulu saat aku masih kecil selalu tidak kebagian makanan karena kalah dengan ayam-ayam yang besar. Oh ya … dulu aku juga hampir mati karena sakit dan tidak ada yang menolong”, sahut ayam yang lain.

            Suatu hari pak Robi memasukkan seekor ayam jantan yang sangat gagah. Bulunya berwarna indah, sayapnya kokoh, jambulnya sangat bagus serta taji atau tanduk di kakinya terlihat kokoh. Semua yang melihat kagum dan takjub.

            “Ini aku tambah teman kalian ya … Namanya Ciki, rukun-rukun semuanya ya?”, kata pak Robi sambil memasukkan Ciki lewat pintu peternakan.

Setelah pak Robi pergi dan menutup pintu peternakan. Coki bermaksud mendekati Ciki dan mengajaknya berkenalan. Namun tiba-tiba …

            “Haiiii … ayam jelek, jangan kau berani mendekatiku, aku tidak mau bulu indahku tersentuh oleh bulumu yang jelek,” kata Ciki ketus.

Coki kaget sekali mendengar perkataan Ciki, namun dia tetap mencoba tersenyum

            “Aku hanya ingin berkenalan denganmu, namaku Coki,” kata Coki ramah.

            “Aaah … tidak usah basa – basi, antarkan aku ke kandangku. Tapi ingat akum au kendang terbagus dan akan kutempati sendiri,” kata Ciki dengan nada membentak Coki.

            “Hai … apa kau tidak tahu kalau Coki adalah pemimpin kita, kau tidak boleh membentaknya,” kata Cikcik.

            “Huh … setelah ini akulah pemimpin kalian, aku lebih gagah dan kuat. Siapapun yang tidak menurut padaku, akan kucakar dan kupatuk dengan kuku dan paruhku yang kuat,” kata Ciki.

            “Sudahlah teman-teman, tidak apa-apa … mari kita antarkan Ciki ke kendang terbagus di peternakan ini,” kata Coki.

            Coki dan beberapa ayam mengantarkan Ciki ke kendang terbagus yang sebenarnya milik Coki. Ciki terlihat senang sekali melihat kendang itu.

            “Pergilah kalian, aku ingin istirahat,” kata Ciki dengan nada membentak,

Coki dan kawan-kawannya pergi dari tempat itu dengan menyimpan rasa marah pada Ciki, namun Coki menasehati mereka agar memaafkan Ciki dan harus selalu memperlakukannya dengan baik. Semua ayam-ayam semakin kagum dengan kebaikan dan kesabaran Coki.

            Keesokan harinya saat waktu pemberian makanan, semua ayam telah berkelompok sesuai dengan kelompok yang telah dibagi Coki. Di depan kelompok ayam itu ada satu ember yang telah diisi makanan oleh pak Robi. Setelah pak Robi meninggalkan peternakan, tiba-tiba terdengar suara Ciki yang sangat lantang.

            “Haiii … semua tidak boleh makan sebelum aku selesai makan. Nanti kalian hanya boleh memakan sisaku saja.

            “Maaf tidak begitu Ciki, makanan ini banyak sekali dan kau tidak mungkin menghabiskannya sendiri. Mari kita makan bersama-sama,” kata Coki.

Namun tiba-tiba Ciki menyerang Coki. Mematuk mata Coki dan mencakar tubuh Coki dengan jalunya yang kuat, Coki yang tidak siap menerima serangan itu merasakan mata dan tubuhnya sangat sakit dan akhirnya pingsan.

            “Siapa yang berani melawanku, akan bernasib sama seperti Coki,” kata Ciki dengan sombongnya.

Semua ayam saling berpandangan dan ketakutan. Mereka segera mendekati tubuh Coki dan membawanya ke kendang untuk diobati. Sementara ayam yang lain bekerjasama mencari makanan berupa sayur-sayuran dan Cacing untuk dimakan bersama.

Hal tersebut terjadi selama beberapa hari ini, Ciki semakin tidak mengenal ingin menang sendiri, apapun diminta dan direbutnya. Dia juga tidak mau berteman dengan siapapun. Peternakan menjadi sangat tidak nyaman. Semua tidak suka dengan perbuatan Ciki.

Suatu hari Ciki bermain di pojok peternakan, dia melihat ada kabel yang menggantung di pinggir pagar. Dia mendekat karena penasaran dan mematuk kabel itu dengan paruhnya. Apa yang terjadi?

“Aduuuh … aduuuh … tolong aku … sakit sekali,” teriak Ciki.

Ternyata Ciki mematuk kabel listrik yang mengelupas, sehingga dia tersetrum. Terlihat tubuhnya bergetar hebat dan bebarapa bulunya rontok.

            Coki yang mendengar Ciki berteriak segera berlari kencang menghampirinya. Dia kaget sekali melihat Coki tersetrum listrik.

            “Teman-teman tolong carikan aku kayu untuk menolong Ciki,” teriak Coki pada teman-temannya.

Namun teman-temannya tidak ada yang mau membantu, karena mereka masih marah dengan perbuatan Ciki yang jahat selama ini. Akhirnya Coki berlari dan mencari kayu sendiri. Setelah menemukan kayu yang kuat dia segera berlari mendekati Ciki.

            “Ciki … pegang kuat kayu ini dengan kakimu, aku akan menarikmu. Karena kalau tidak memakai kayu ini aku bisa ikut tersetrum,” kata Coki pada Ciki.

            Ciki memegang kayu itu kuat dan akhirnya Coki menariknya dengan sekuat tenaga, akhirnya terlepaslah kabel itu dari paruh Ciki. Namun ternyata paruh Ciki sobek dan mengeluarkan darah, bulu di tubuh Ciki hamper semua rontok, kulitnya juga berubah warna menjadi hitam. Kondisi Ciki sekarang sangay berbeda dari sebelumnya.

            Coki segera meminta tolong teman-temannya untuk mengobati Ciki, awalnya teman-temannya tidak mau. Namun berkat bujukan dan nasehat Coki semua menjadi sadar dan menolong Ciki. Melihat semua itu Ciki jadi menyadari kesalahannya dan meminta maaf pada semua.

            “Maafkan aku teman-teman, selama ini aku jahat. Mulai sekarang aku berjanji akan menjadi teman yang baik,” kata Ciki pelan.

            “Kami semua memaafkanmu dan syukurlah kau menyadari kesalahanmu. Mari kita rukun, senang menolong dan peduli dengan teman kita,” jawab Coki.

            “Iya Coki aku berjanji, terima kasih atas pertolonganmu,” kata Ciki.

            Sejak saat itu Ciki menjadi teman yang baik, mau berbagi, senang membantu dan peduli dengan teman-temannya dan peternakan Kembali damai dan ceria.

 

 

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi buku Slilit Sang Kyai

WEBINAR LITERASI PGRI KABUPATEN TULUNGAGUNG