CERITA ANAK (3): SAYANG KAKAK
Sayang Kakak
"Lala tayang kakak, Lala ikut main kakak," kata Lala berulang kali saat melihat Ilham.
Itulah yang membuat Ilham sangat tidak menyukai adiknya. Karena kalau sudah seperti itu, mau tidak mau Ilham harus mengajak adiknya ikut bermain dengannya. Karena kalau tidak diajak adiknya pasti akan menangis. Selain itu Ilham juga harus membantu ibu menjaga adiknya agar pekerjaan ibunya untuk memasak tidak terganggu oleh Lala.
Sebenarnya Ilham sangat menyayangi Lala. Dulu bahkan saat Lala di perut ibu, Ilham selalu mencium dan mengelusnya. Saat Lala bayi bahkan Ilham sampai tidak pernah bermain di luar rumah karena ingin menjaga adiknya. Mengambilkan popok saat adiknya ngompol, menunggui saat adiknya dimandikan dan hal yang paling disukai Ilham adalah mencium tangan adiknya yang berbau harum.
Tapi saat Lala sudah mulai bisa merangkak, dia seringkali mengganggu Ilham saat bermain, meminta mainan yang dipegang Ilham bahkan merusaknya. Sejak itulah Ilham menjadi kurang menyukai adiknya.
"Ibu, kenapa Lala sekarang nakal sekali ya?" kata Ilham kepada ibu.
"Nakal kenapa sayang?" tanya ibu pada Ilham yang terlihat cemberut.
"Aku mainan diganggu dan juga suka merebut mainanku," jawab Ilham jengkel.
"Itu tandanya adikmu ingin kau ajak main bersama," kata ibu sambil mengelus rambut Ilham.
"Aku tidak mau bermain dengan Lala, ibu..." kata Ilham marah sambil pergi meninggalkan ibu.
Ibu sedih sekali melihat kemarahan Ilham. Tapi ibu memaklumi karena memang Lala di usia ini sedang ingin banyak mencoba hal baru.
Ilham pergi keluar rumah untuk menuju lapangan. Disana dilihatnya teman-temannya sedang bermain layang-layang sambil tertawa gembira. Ada Vino, Riko, Dino dan Rama. Ilham yang dari kejauhan melihat bahagianya teman-temannya bisa bermain bebas tanpa ada mengganggu, karena mereka tidak mempunyai adik kecil.
"Senang sekali teman-temanku bisa bermain bebas, tanpa harus diganggu adiknya," kata Ilham dalam hati.
Keesokan harinya, Lala menangis karena melihat Ilham akan bermain di luar. Lala ingin ikut bermain Ilham.
"Ituut....Lala itut kakak," teriak Lala sambil menangis.
"Ilham apa mau mengajak adik bermain?" tanya ibu kepada Ilham.
Ilham sebenarnya ingin bilang tidak mau, tapi melihat Lala menangis dan ibu yang terlihat repot melipat baju. Akhirnya Ilham menggandeng tangan Lala untuk mengajaknya bermain di lapangan. Tidak lupa dia membawa boneka Beruang kesayangan Lala.
"Hati-hati ya sayang, jaga adiknya ya?" kata ibu.
"Iya buuu...." jawab Ilham dengan wajah cemberut.
Saat dijalan Ilham marah-marah pada adiknya.
"Huu ... uuuh ... Lala ... kenapa ikut kakak?" katanya sambil menatap tajam pada adiknya.
Lala hampir saja menangis saat melihat tatapan Ilham.
"Sudah jangan menangis, nanti tidak kuajak bermain lo..." kata Ilham sambil menarik tangan adiknya untuk berjalan agak cepat.
Lala terlihat takut, tapi dia bahagia kakaknya mau mengajaknya bermain di lapangan.
Sampai di lapangan, Ilham mendudukkan Lala di pinggir lapangan.
"Kamu disini ya, jangan kemana-mana ... kakak mau bermain layang-layang dulu," kata Ilham.
Lala hanya diam tidak mengerti.
Ilham meninggalkan Lala dengan boneka Beruangnya untuk bermain layang-layang bersama teman-temannya. Sejenak dia lupa sama rasa marah pada adiknya.
Beberapa saat kemudian, dia mendengar Lala menangis. Ilham marah sekali karena Lala mengganggu keasyikan bermainnya. Tapi Ilham tetap lari mendekati adiknya. Saat dekat, Ilham melihat wajah dan tangan adiknya kotor kena debu.
"Ada apa kok nangis?" tanya Ilham marah.
"Aus...Lala Aus," kata Lala dengan takut.
"Hmm....bagaimana ya, nanggung sekali kalau pulang. Oh ya...dipinggir lapangan kan ada kran air ya?" kata Ilham dalam hati.
Ilham menggendong Lala untuk menuju kran air dipinggir lapangan. Dia membuka air kran, membersihkan wajah dan tangan adiknya dari debu dan dia beri minum adiknya dengan air kran.
"Sudah beres ya Lala, jangan rewel lagi. Kamu duduk dipinggir lapangan sini saja ya ... Kakak mau bermain lagi," kata Ilham pada Lala. Lala menurut dengan apa yang dikatakan Ilham, dia asyik bermain bonekanya lagi. Setelah sekian waktu akhirnya Ilham selesai bermain dan mengajak Lala pulang.
Malam tiba, setelah dholat Isya berjamaah dengan ayah, Ilham menuju kamarnya untuk tidur. Tiba-tiba dia mendengar ibu berteriak memanggil ayah.
"Ayah... tolong kemari...Lala badannya panas sekali," teriak ibu.
Ilham dan ayah berlari ke kamar ibu dan melihat ibu menangis karena ternyata Lala kejang. Ayah segera mengangkat tubuh Lala dan membawanya ke rumah sakit.
"Ilham ... kamu di rumah sendiri tidak apa-apa ya, ayah akan membawa adikmu ke rumah sakit," kata ayah pada Ilham.
Ilham akhirnya sendirian di rumah, dia teringat kalau tadi siang telah memberi adiknya minum air kran. Dia ingat juga kalau selama ini Lala alergi dengan air hujan dan air mentah lainnya. Ilham langsung menangis teringat itu semua. Dia menyesal, karena kecerobohannya dan keinginannya untuk terus bermain membuat adiknya sakit. Ilham semakin keras menangis, dia ingat betapa lucu dan sayangnya Lala padanya.
"Atu...tayang kakak," ucapan cadel Lala itu sering diucapkan padanya.
"Lalaaaa ... kakak sayang kamu, maafkan kakak adikku. Mulai hari ini kakak akan menyayangi dan mengajakmu bermain setiap hari," janji Ilham.
Mulai hari itu Ilham menjadi kakak yang baik dan semakin sayang pada adiknya.
wah niki dikumpulkan, terus dijadikan novel bisa bu
BalasHapusInjih...insyaaAlloh pak
HapusMntab bnget cerita yg ngalir inih..lnjutkan
BalasHapus