CUKUPLAH KEMATIAN SEBAGAI NASEHAT


                                          CUKUPLAH KEMATIAN SEBAGAI NASEHAT

(MUHASABAH 1 TAHUN TERJADINYA KECELAKAAN KESAMBEN)

“Wa Kafaa Bil Mauti Wa Idzho, Cukuplah kematian sebagai pemberi nasehat

 

Sebagaimana ikan hiu putih  berenang migrasi dari Afrika Selatan ke Australia dan dalam jangka waktu beberapa bulan dan akan kembali lagi ke Afrika habitatnya yang sebenarnya. Begitu juga dengan kupu-kupu raja, yang terbang 4.000 km dari Meksiko ke Kanada dan Kembali lagi pulang ke Meksiko setiap tahunnya, mungkin binatang- binatang itu akan bisa migrasi kembali di tahun selanjutnya, namun bisa jadi tahun itu terakhir mereka bisa migrasi karena kematian telah menjemputnya.

Itu binatang, lalu bagaimana dengan manusia?

Sebagaimana gambaran binatang di atas, kemanapun mereka pergi, maka dia akan kembali. Begitu juga dengan manusia, semua akan Kembali menghadap penciptaNya, menghadapi kematian. Kematian akan menjemput siapa saja, tidak memandang usia, jenis kelamin, strata social dan dengan caranyapun yang tidak sama antara manusia satu dengan yang lainnya. Sebagaimana firman Alloh :

“Tiap-tiap jiwa akan merasakan kematian dan sesungguhnya pada hari kiamatlah akan disempurnakan pahalamu, barangsiapa yang dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung dan kehidupan dunia hanyalah kehi-dupan yang memperdaya-kan”. (Ali-Imran: 185)

Ayat di atas adalah merupakan ayat yang luar biasa maknanya, apabila dibaca mata menjadi berkaca-kaca dan jantung rasanya akan bergetar. Apabila didengar oleh hati maka ia menjadi gemetar. Dan apabila didengar oleh seseorang yang lalai maka akan membuat ia ingat bahwa dirinya pasti akan menemui kematian.

Maut merupakan ketetapan Alloh, tidak ada satu makhlukpun yang mengetahui kapan maut datang menghampirinya. Bila maut datang, tidak ada satu manusiapun yang bisa menghindari dan menolaknya. Karena tidak ada seorang manusiapun yang memiliki wewenang atas kematian, Hanya di tangan Allohlah pemberi kehidupan dan sewaktu-waktu juga akan mengambilnya.

Sebagaimana yang terjadi dengan kita, rombongan K3TK Kecamatan Tulungagung pada kecelakaan Kesamben. Siapa yang mengira bahwa kematian akan memisahkan diri kita pada para sahabat terkasih. Siapa yang mengira? Maut hadir di acara yang rencananya akan membahagiakan kita. Saat riuh bahagia tetiba berubah menjadi jeritan menyayat hati. Saat awalnya begitu mudah kita bernafas, tiba-tiba sesak rasa dan begitu sulitnya mendapatkan udara karena tubuh yang saling terhimpit dan menghimpit, menginjak dan terinjak. Sampai di titik lelah teriakan minta tolong, berganti dzikir panjang tiada akhir dan kepasrahan tingkat tinggi. Dimana hati dan lisan hanya bergumam “ Alloh bila ini memang tiba waktunya, ijinkan ini adalah husnul khotimah” sambil deraian air mata yang tiada henti. Kelebat bayangan keluarga dan seluruh dosa begitu nyata diperlihatkan, satu persatu. Astaghfirullohal ‘adziim .... kisah itu hari ini hadir begitu nyata tepat 1 tahun setelah terjadinya.

Bagi sahabat-sahabat kita yang sudah dipanggil Alloh, semoga Alloh tempatkan di tempat terbaik. Husnul Khotimah InsyaaAlloh. Lalu bagi yang Alloh masih memberi kesempatan hidup kedua ini, seperti diriku, rasanya begitu malu sama Alloh kalau kesempatan ini disia-siakan. Hikmah luar biasa bisa terpetik, bahwa memang benar cukup kematian sebagai nasehat dan berada di ujung kematian memberi hikmah yang luar biasa, bahwa kita siapa, apa daya kita tanpa pertolongan Alloh. Semua milik Alloh, kita tidak memiliki apapun dan tidak berkekuatan tanpa ijin Alloh. Dalam segala hal, Lalu pantaskah ada yang di sesumbarkan?

Dan di hidup kedua ini sudahkah kita ambil hikmah untuk menjadi pribadi yang lebih baik? Tentang dunia, akan berakhir sekejap mata bila tiba saatnya dipinta oleh Sang Maha Pemberi. Kejadian kemarin membuktikannya, kita semua menyaksikan, melewati bahkan mungkin akan menjadi kenangan dan trauma yang tetap tertanam rapi dalam sanubari. Astaghfirullohal adziim ... astaghfirullohal adziim.

Tulisan ini sebenarnya kutujukan untuk diriku sendiri, kuberkaca dengan melihat diri yang tak jua memperbaiki kualitas hidup dan kutunjuk muka sendiri, sambil mengajak kita semua untuk muhasabah merenungi sisa-sisa umur dan hari-hari yang sudah terlalui. Sudahkah bisa mengambil hikmah terbaik dari yang terjadi dan sudahkah setelahnya memperbaiki akhlak dan ibadah. Karena sekali lagi maut tidak tahu kapan menghampiri kita.

Sudahkah ?

Sudahkah ?

Kematian bisa menjadi nasehat untuk kita?

By : BUNDA DHIA

Tulungagung, 5 Desember 2020

 

Komentar

  1. Subhanalloh... Merinding kulo maos bu....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Utk pengingat diri p Nur, smg saya n kita semua bisa mengambil hikmahnya.

      Hapus
  2. Ya Bun,,, peristiwa itu sesuatu yg sangat luar biasa,,, untuk lebih hidup dlm hidup d kehidupan nanti yg sebenarnya,,,,

    BalasHapus
    Balasan
    1. Trimksh sdh mnngingatkan smg kita bs mngambil hikmahnya Aamiin

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi buku Slilit Sang Kyai

WEBINAR LITERASI PGRI KABUPATEN TULUNGAGUNG

DONGENG : TIDAK BISA HIDUP SENDIRI