Resensi buku Slilit Sang Kyai
SLILIT SANG KYAI
(By : Emha Ainun Nadjib)
Melihat siapa penulis buku ini saja rasanya hati bergejolak untuk memegang, memiliki, membuka, membaca dan mengerti maknanya yang pasti sangat dalam. Yaa...siapa yang tak kenal Emha Ainun Nadjib yang sangat cerdas dalam menggambarkan sesuatu yang dalam dengan suasana dan tulisan yang ringan dan santai serta dapat diterima semua kalangan. Nah....salah satunya buku yang saat ini kubaca, yang berjudul : Slilit Sang Kyai. Sebenarnya judul buku itu hanya mewakili 69 judul dan kisah hikmah yang lain. Kenapa saya langsung tertarik membaca kisah hikmah ini?, yang pertama karena JUDULNYA. Maka itu sebuah judul yang keren mutlak diperlukan dibuat oleh penulis untuk menarik pembaca agar membaca bukunya. Tapi isi juga tak kalah penting. Seperti buku ini....Judul dan isinya sama-sama keren, apalagi penulisnya.
Slilit....semua orang Jawa pasti paham apa maknanya, namun tidak jelas bahasa Indonesianya apa?. Slilit dalam buku ini digambarkan sebagai serabut kecil sisa daging yang nyelip diantara gigi yang dimakan sehabis ditraktir makan sate. Slilit sepertinya tidak penting dan tidak keren diceritakan, karena bisa jadi “ nggilani” bagi sebagian orang. Namun di buku ini slilit menjadi sangat penting karena terdapat hikmah yang terkandung didalamnya?, bagaimana bisa???
Dalam buku ini diceritakan bahwa slilit pernah memusingkan seorang kyai di alam kuburnya, bahkan mengancam kemungkinan suksesnya masuk surga. Cerita dalam buku ini menggambarkan bahwa saat ada seorang kyai “ sedo”, murid-murid setianya berdoa dan berharap kepada Alloh agar diijinkan untuk bertemu ruh kyainya walau hanya dalam mimpi. Dan Alloh Maha Memungkinkan Segala Sesuatu mengabulkan doa santri tersebut.
Terjadilah wawancara singkat perihal nasib kyainya yang garis besarnya Sang Kyai dhawuh bahwa dosa-dosanya secara garis besar diampuni, namun ada satu yang membuat kyai gundah yaitu pernah suatu ketika sang Kyai kenduri dan memimpin doa di rumah Pak Kusen dan setelah makan ada slilit di giginya. Belaiu belum sempat membersihkannya dan sampai pulang belum juga sempat karena hadirin berebut menyalaminya. Nah....saat pulang beliau mengambil potongan kecil dari padar orang dan lupa minta ijin dan minta maaf. Hal itu menurut Sang Kyai adalah salah satu perbuatan mencuri. Apakah Alloh bakal mengampuniku? Tanya Sang Kyai masygul.
Duuuuh.... Sang Kyaiiii.....segitunya menohok hati. Kalau kupikir hanya potongan kayu kecil dan beliau begitu luar biasa masygulnya?
Lalu bagaimana kita? Aku?
Yang mungkin sering mengambil hak orang lain untuk kepentinganku sendiri dan tanpa rasa berdosa?. Tak bisa membayangkannya......# Baper......mbrebes mili#
• Menulis adalah caraku untuk muhasabah diri
Sepertinya kita sama-sama penggemar karya cak nun bu....
BalasHapusIya mas.... bagus dan bermakna buku2nya dan ada humornya
Hapus