DIALOG TENTANG KESABARAN

 


Suatu ketika ada seorang wanita yang datang pada seorang pemuka agama, dia datang dengan ekspresi sedih yang tak terhingga. Matanya mengembun tanpa henti, bahkan seringkali terdengar isakan yang tertahan. Rupanya ujian hidup telah dialami perempuan tersebut. Pemuka agama itu memandang perempuan dengan wajah datar, beliau sering menerima kedatangan orang-orang yang mengadukan kesedihannya. Sebenarnya di sudut hatinya ada rasa iba. Tapi beliau tentu tak boleh memperlihatkannya, karena beliau tahu bahwa yang dibutuhkan orang yang datang ke rumahnya adalah sebuah penguatan. Jadi bila dia terlihat tidak kuat, maka apalah makna dari nasehatnya.

Perempuan itu duduk di kursi yang telah disediakan yang berhadapan dengan pemuka agama tersebut. Tapi pemuka agama tidak sendiri / berdua dengan perempuan tersebut. Ada dua “cantrik” kepercayaannya yang menemaninya. Beberapa saat suasana hening dan tanpa suara, mereka semua seperti sibuk dengan perasaan masing-masing. Tiba-tiba perempuan itu berkata :

“ Pak Kyai...tadi saya kesini untuk mendapatkan ketenangan”, katanya.

“ Hanya Alloh yang mampu memberi ketenangan”, jawab pemuka agama yang dipanggil kyai tersebut.

“ Pak Kyai.... selain bersabar dan bertahan, bagaimana cara mensikapi ujian?”, tanya perempuan itu sambil menangis tersedu.

“ Tidak ada yang dapat mengalahkan kesabaran dalam menghadapi ujian hidup. Alloh berfirman dalam Q.S.Al Baqarah ayat 155 yang berbunyi “ Walanabluwannakum bisyai imminal khaufi waljuu’i wanaqshi minal amwaali wal anfusi” artinya Dan sungguh akan kami berikan cobaan padamu dengan sedikit pertanggungan, diterima, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan menerimalah berita gembira untuk orang-orang yang sabar”, jawab pak Kyai lagi.

“Tapi suatu ketika saya butuh tumpuan dan sabar saya sudah mencapai batas maksimal, huhuuuuhuuuuu”, jawab perempuan itu tiba-tiba tersedu.

Pak kyai memandang perempuan itu dengan iba, bahu perempuan itu terguncang sementara kedua tangannya terus menghapus matanya yang tidak berhenti membasah. Setelah menghela nafas panjang, pak Kyai bertanya :

“ Lalu bentuk ujianmu seperti apa?”, tanya pak Kyai.

“ Ujian hidup saya banyak dan beragam”, jawab perempuan itu tanpa berhenti tersedu.

“Jika ujianmu diluar batas kemampuan kamu menerima, maka tawakallah tapi bila masih mampu berikhtiar, ikhtiari”, jawab pak kyai pelan.

“Saya sudah tidak mampu menerima ujian ini pak kyai, batas sabar saya sudah di titik klimaksnya”, jawab perempuan itu dengan masih tersedu.

“ Ibu tahu apa yang dilakukan Rosul saat diuji.... ya beliau hijrah. Hijrah itulah kuncinya, namun bentuk hijrah itu dimaknai luas. Beliau tidak pernah habis sabarnya. Namun ikhtiar untuk menghadapi ujian itu juga harus maksimal”, jawab pak Kyai.

“ Lalu saya harus bagaimana pak Kyai?”, tanya perempuan itu dengan intonasi lebih tenang.

“ Ibu punya Alloh bukan? Ibu percaya sama Alloh? Kalau iya.... wudhulah, ambil Al qur’an, istighfarlah, kosongkan hati dan yakini sifat kehambaan, tawassul fatihah, mohon petunjuk Alloh dan buka Al Quran itu. Bacalah halaman berapapunyang kau inginkan. Renungi petunjuknya. Renungi....”, kata pak Kyai pada perempuan itu.

Perempuan itu merasa sedikit tenang, kehampaan dan sesak yang menghimpit dadanya berangsur-angsur berkurang.

              “ Ibu... pada hakekatnya kita semua sedang diuji dan berperan melaksanakan ujian....

Hidup ujian ..... Mati ujian

Sehat ujian .... sakit ujian

Kaya ujian .... miskin ujian

Pandai ujian .... bodoh ujian

“ Mau tidak mau.... kita sebagai hamba harus menerima apapun takdir dari Alloh. Saran saya perbanyaklah membaca : “ Laa Ilaahailla anta subhaanaka innii kuntu minadhoolimiin”, nasehat pak Kyai panjang lebar.

Perempuan itu mengerjapkan matanya yang sudah tidak lagi berair, dia merasa mendapatkan pencerahan yang luar biasa. Yaaa....dia menyadari bahwa kekurang sabaran dan ketidak tawakkalanyalah yang membuatnya menjadi manusia yang paling  bersedih dan menderita.

“ Astaghfirullohal ‘adziiim”, berkali-kali perempuan itu beristighfar tiada henti.

Setelah perempuan itu diam, pak kyai meneruskan bicaranya

“Tetaplah berhusnudzon pada Alloh. Ingatlah bahwa Nabi Alloh diuji seberat apapun, pasti diberi jalan keluar. Ambil Ibroh dari setiap peristiwa nabi. Baiklah... kalau sudah tenang ibu bisa segera kembali ke rumah dan lakukan apa yang saya pesankan tadi”, kata pak Kyai tenang dan terlihat ekspresinya begitu bahagia terlihat senyum menghias wajahnya yang bersih dan teduh.

“ Baiklah pak Kyai.... terima kasih banyak”, kata perempuan itu terlihat sangat lega, seakan beban yang dipundaknya sudah terangkat.

Perempuan itu melangkah keluar dari rumah pak Kyai, menuju mobilnya yang diparkir di halaman rumah pak kyai, dia masuk mobil dan menghidupkan mesinnya. Tak berapa lama mobil itu sudah sampai di jalan raya. Sepanjang jalan perempuan itu merenung dan berfikir tentang dialog yang tadi telah dilakukannya bersama pak kyai. Dia tersenyum tipis dan mobil terus melaju pelan membelah ramainya lalu lintas Kota Mojokerto.

“ Alhamdulillah....alhamdulillah ‘alaa kulli haal”

 

# Menulis adalah caraku untuk belajar tentang hidup dan kehidupan#

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi buku Slilit Sang Kyai

WEBINAR LITERASI PGRI KABUPATEN TULUNGAGUNG

DONGENG : TIDAK BISA HIDUP SENDIRI